RIP Tina Turner (1939-2023)

Well, terlalu lama tidak menulis di blog ini membuat Penulis terlewatkan sejumlah berita duka, salah satunya adalah Bobby Caldwell yang meninggal dunia di bulan Maret 2023. Belum menyempatkan diri menulis artikel tentang Bobby, kabar duka berikutnya sudah menyusul. Kali ini penyanyi Tina Turner yang meninggal dunia di akhir bulan Mei 2023 pada usia 83 tahun! Terlahir dengan nama Anna Mae Bullock pada tanggal 26 November 1939, namanya mulai melejit saat tergabung dengan musisi Ike Turner, yang kemudian memberinya nama Tina dan menikahinya di tahun 1963. Mereka kemudian dikenal sebagai Ike & Tina Turner yang kemudian dikenal dengan hit seperti A Fool in Love, It’s Gonna Work Out Fine, dan River Deep – Mountain High, yang menjadi signature song mereka. Namun hubungan mereka memburuk, diwarnai KDRT, dan akhirnya Tina memutuskan untuk berpisah dari Ike di tahun 1976.

Tina kemudian bersolo karier, yang sebenarnya sudah dimulai saat masih bersama Ike Turner, saat ia merilis album Tina Turns the Country On (1974) dan Acid Queen (1975). Mulanya, kariernya sebagai penyanyi solo tidak sesukses saat masih berduet dengan Ike Turner. Namun akhirnya di tahun 1982 setelah menandatangani kontrak baru dengan EMI, Tina merillis single Let’s Stay Together yang menembus Top 10 di Inggris dan Top 30 di Amerika Serikat. Album berikutnya, Private Dancer (1984), membawa Tina ke puncak kesuksesan sepanjang kariernya. Single What’s Love Got to Do with It yang ditulis oleh Graham Lyle dan Terry Britten menduduki posisi pertama di Billboard Hot 100 dan memenangkan Grammy Award untuk rekaman tebaik dan lagu terbaik. Sebuah pencapaian yang langka pada saat itu untuk seorang penyanyi wanita berusia 40-an.

Tina kemudian membintangi film sequel Mad Max: Beyond Thunderdome dan menyanyikan lagu temanya yang berjudul We Don’t Need Another Hero yang mencapai posisi ke-2 di Amerika dan ke-3 di Inggris. Selanjutnya, Tina merilis album Break Every Rule (1986) dengan hit Typical Male dan Foreign Affair (1989) dengan hit (Simply) The Best. Pada tahun 1993 kisah hidupnya difilmkan dengan judul What’s Love Got to Do with It. Dua bintang utamanya, Laurence Fishburne dan Angela Bassett yang memerankan Ike dan Tina dinominasikan sebagai aktor dan aktris terbaik dalam ajang penghargaan Oscar. Tina menyanyikan lagu I Don’t Wanna Fight untuk album soundtrack film tersebut. Pada tahun 2013 Tina menilah lagi dengan Erwin Bach, seorang eksekutif di bidang musik.

Iklan

Burt Bacharach (1928 – 2023)

Bukan nama yang terlalu familiar di telinga penikmat musik, terutama generasi ‘milenial’. Namun di masanya, terutama dekade 60-an, lagu demi lagu hit terlahir dari tangannya bersama Hal David. Sederet artis penyanyi menjadi terkenal karena menyanyikan lagu-lagunya, terutama Dionne Warwick yang semula hanya direkrut untuk menyanyikan versi demo dari lagu-lagu Bacharach dan David. Sayangnya, kerja sama Bacharach dan David berakhir secara dramatis di tahun 1973, dilanjutkan dengan kasus hukum di antara mereka dan juga Dionne Warwick. Di era 70-an lagu-lagu Bacharach (dan David) mulai kehilangan ‘tajinya’ dan tidak lagi menjadi hit. Namun, memasuki era 80-an lagu-lagu ciptaan Bacharach mulai kembali menjadi hit dimulai dengan lagu tema film Arthur (1981) yang ditulis bersama Christopher Cross, Carole Bayer-Sager (istri ketiganya), dan Peter Allen. Pada tahun 1986 Bacharach bereuni dengan Dionne Warwick untuk lagu That’s What Friends Are for yang direkam bersama Stevie Wonder, Elton John, dan Gladys Knight untuk mengumpulkan dana bagi penderita AIDS. Lagu ini kemudian meraih penghargaan Grammy untuk lagu terbaik. Berikut ini sederet lagu hit karya Burt Bacharach, mungkin salah satunya adalah favorit Anda:

Christine McVie (1943 – 2022), Bye Bye Songbird!

Terlahir dengan nama Christine Perfect pada 12 Juli 1943, namanya mulai dikenal saat tergabubg di grup blues Chicken Shack bersama Stan Webb, Andy Silvester, dan Alan Morley. Mereka mencetak hit dengan lagu I’d Rather Go Blind yang dipopulerkan oleh Etta James yang menduduki posisi 14 di tangga lagu Inggris. Christine kemudian bertemu dengan bassis band Fleetwood Mac, John McVie. Keduanya menikah pada tahun 1969 dan Christine pun meninggalkan Chicken Shack untuk bergabung dengan Fleetwood Mac.

Saat ia bergabung dengan Fleetwood Mac, band ini tengah mengalami masa transisi pasca hengkangnya pendiri, gitaris utama dan frontman Peter Green. Akhirnya Christine, John, dan Drummer Mick Fleetwood memilih hijrah ke Amerika Serikat dan kemudian merekrut duo musisi/vokalis/komposer Lindsey Buckingham dan Stevie Nicks yang baru saja merilis album duet Buckingham-Nicks. Ternyata, formasi baru Fleetwood Mac ini mencetak sukses besar, dimulai dari album Fleetwood Mac (1975) yang melahirkan hit seperti Rhiannon, Landslide dan dua hit yang ditulis Christine, Over My Head dan Say You Love Me. Yang terjadi kemudian adalah chaos, saat Christine bercerai dengan John, meskipun ia masih dikenal dengan nama Christine McVie sampai akhir hayatnya. Hubungan asmara Lindsey Buckingham dan Stevie Nicks juga berakhir dan mengubah dinamika band. Album selanjutnya, Rumours (1977) mencerminkan dinamika tersebut, menjadi album signature mereka, terjual lebih dari 20 juta kopi dan memenangkan penghargaan Grammy Award untuk album terbaik. Christine menulis sejumlah lagu dalam album ini seperti You Make Loving Fun, Don’t Stop dan Songbird.

Christine juga menulis sejumlah hit lain untuk Fleetwood Mac seperti Hold Me, Little Lies, dan Everywhere. Ia juga merilis sejumlah album solo dan sempat mencetak hit Top 10 Got a Hold on Me. Ia meninggalkan Fleetwood Mac di tahun 1998 setelah merilis album live The Dance. Ia bergabung kembali di tahun 2015 dan merilis album duet bersama Lindsey Buckingham di tahun 2017. Christine McVie meninggal dunia pada 30 November 2022 karena sakit. Rest in Peace, songbird!

Olivia Newton-John, Long Live Love!

Olivia Newton-John, penyanyi dan aktris film asal Australia baru-baru ini meninggal dunia karena sakit kanker yang dideritanya. Dilahirkan di Inggris pada tanggal 26 September 1948. Ia sekeluarga pindah ke Australia saat berusia enam tahun. Olivia memenangkan kontes menyanyi di acara televisi Sing, Sing, Sing (1965) yang mengantarkannya ke Inggris untuk merekam single perdananya, Till You Say You’ll Be Mine. Ia kemudian membentuk duet Pat and Olivia bersama Pat Carroll sebelum bergabung dalam grup Toomorrow. Grup itu kemudian membintangi film berjudul sama (1970) yang gagal di pasaran, begitupun album soundtracknya. Tak lama kemudian, Toomorrow pun bubar.

Album solo perdananya, If Not for You dirilis pada tahun 1971, dengan hit single berjudul sama yang ditulis oleh Bob Dylan berhasil menduduki posisi ke-25 di tangga lagu Billboard. Setelah album keduanya, Olivia (1972) tidak terlalu berhasil mencetak hit, di tahun 1973 ia berhasil mencetak hit top 10 pertamanya, Let Me Be There yang juga mengantarkannya meraih penghargaan Grammy untuk penampilan country wanita terbaik. Di tahun 1974 ia mengikuti kontes Eurovision mewakili Inggris dengan membawakan lagu berjudul Long Live Love. Olivia akhirnya menduduki posisi keempat dalam kontes tersebut, di bawah sang juara asal Swedia, ABBA, dengan lagu Waterloo. Single selanjutnya, I Honestly Love You, menjadi hit terbesarnya pada saat itu, menduduki posisi pertama di tangga lagu BIllboard dan memenangkan dua penghargaan Grammy: rekaman terbaik dan penampilan pop wanita terbaik. Ia juga terpilih sebagai vokalis wanita terbaik dalam Country Music Award mengalahkan Loretta Lynn, Dolly Parton, Tanya Tucker, dan Anne Murray. Kemenangannya ini menimbulkan kontroversi karena artis country umumnya berbasis di Nashville, Amerika Serikat. Dua albumnya If You Love Me, Let Me Know dan Have You Never Been Mellow secara beruntun menduduki posisi pertama di Billboard 200.

Namun demikian, sukses terbesarnya datang dari dunia film ketika ia terpilih membintangi film musikal Grease (1978) bersama John Travolta. Olivia yang berusia 29 tahun saat itu merasa ragu-ragu karena harus berperan sebagai anak SMA. Grease menjadi film terlaris tahun 1978 dan album soundtracknya terjual hingga 28 juta kopi. Sejumlah hit dari album soundtrack Grease antara lain: You’re the One That I Want dan Summer Nights (berduet dengan John Travolta) serta Hopelessly Devoted to You, yang dinominasikan dalam ajang penghargaan Oscar. Popularitas Grease masih bertahan hingga kini dan Olivia sendiri tidak mampu menyamai kesuksesan perannya di film ini. Sejumlah film yang kemudian ia bintangi seperti Xanadu (1980) dan Two of a Kind (1983) gagal di pasaran meskipun album soundtracknya mampu mencetak hit-hit seperti Magic dan Xanadu (dari film Xanadu) serta Twist of Fate (dari film Two of a Kind).

Seperti perannya dalam film Grease yang mengubah penampilannya dari gadis baik-baik menjadi gadis “metal”, Olivia mengubah imagenya untuk album berikutnya, Physical (1981). Lagu berjudul sama dari album itu menjadi hit tersuksesnya, menduduki posisi pertama di tangga lagu Billboard selama 10 pekan. Dalam musik video dan sampul albumnya Olivia tampil dengan potongan rambut pendek dan kostum fitness lengkap dengan headband yang menjadi trend pada saat itu. Setelah itu, kariernya mulai menurun setelah menikah dan melahirkan putri tunggalnya, Chloe, disusul penyakit kanker yang dideritanya sejak tahun 1992. Pada tahun 2017, penyakit kankernya kambuh hingga akhirnya ia meninggal pada tanggal 8 Agustus 2022. Selamat jalan, Olivia Newton-John, rest in peace.

Vangelis (1943 – 2022)

Musisi asal Yunani, Evángelos Odysséas Papathanassíou, atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Vangelis meninggal dunia baru-baru ini di usia 79 tahun. Dikenal sebagai komposer untuk film seperti Chariots of Fire (1981), Blade Runner (1982), 1492: Conquest of Paradise (1992), The Bounty (1984), Missing (1982), Alexander (2004), dan Antarctica (1983), ia juga dikenal karena partisipasinya di grup Aphrodite’s Child dan duo Jon and Vangelis bersama pendiri grup Yes Jon Anderson. Vangelis juga dikenal sebagai pionir yang memopulerkan penggunaan synthesizer untuk musik elektronik di tahun 70-an, terutama Yamaha CS-80 yang menjadi favoritnya.

Pada tahun 1963 ia membentuk band The Formynx bersama teman-teman sekolahnya. Pada tahun 1968 ia pindah ke Paris dan membentuk band Aphrodite’s Child bersama Demis Roussos, Loukas Sideras, dan Anargyros “Silver” Koulouris. Single perdana mereka Rain and Tears menjadi hit di Eropa. Dalam proses merekam album ketiga, 666, Aphrodite’s Child bubar. Vangelis kemudian merekam album solo perdananya, Fais que ton rêve soit plus long que la nuit (Make Your Dreams Last Longer Than the Night) pada tahun 1972. Pada tahun 1975 ia diundang untuk menggantikan posisi Rick Wakeman di grup Yes, yang kemudian diisi oleh Patrick Moraz.

Pada tahun 1979 Vangelis menulis soundtrack untuk film dokumenter karya Frederic Rossif, Opera Sauvage, yang mulai menarik perhatian dunia lewat lagu LÉnfant. Ia bekerja sama dengan vokalis Irene Papas dalam album Odes, yang kemudian dilanjutkan dengan proyek berikutnya Rapsodies (1986). Vangelis kemudian bekerja sama dengan vokalis Jon Anderson (Yes) dalam proyek Jon and Vangelis dan merilis empat album: Short Stories (1980), The Friends of Mr. Cairo (1981), Private Collection (1983), dan Page of Life (1991).

Pada tahun 1980 Vangelis diminta untuk menulis musik untuk film Chariots of Fire. Meskipun filmnya berlatar belakang Olympiade musim panas tahun 1924 di Paris, ia menolak menggunakan orkestra dan tetap menggunakan synthesizer. Hasilnya adalah album soundtrack ikonik yang menduduki posisi pertama di Billboard 200. Filmnya memenangkan empat Oscar termasuk film terbaik dan musik score terbaik untuk Vangelis. Lagu pembuka film, (berjudul Titles pada albumnya) menduduki posisi pertama di Billboard Hot 100 dan menjadi lagu signaturenya yang sering digunakan pada event-event olah raga, termasuk pada pembukaan Olympiade musim panas 2012 di London lengkap dengan penampilan Rowan Atkinson sebagai Mr. Bean di atas panggung. Vangelis juga menulis lagu tema untuk Piala Dunia 2002, Anthem.

Sejak itu, namanya semakin terkenal di dunia musik. Soundtracknya untuk film Blade Runner (1982) tidak kalah ikoniknya. Vangelis juga bekerja sama dengan NASA dan ESA untuk menulis karya-karya bertema luar angkasa seperti Mythodea (2001), Rosetta (2016), dan album solo terakhirnya Juno to Jupiter (2020). Vangelis meninggal dunia di Paris pada tanggal 17 Mei 2022 karena gagal jantung. RIP.

Jim Brickman, Pencipta Lagu Wajib Valentine

Suka tidak suka, Hari Valentine sudah menjadi bagian dari budaya pop masa kini. Penjualan bunga, cokelat, dan kartu ucapan meningkat drastis menjelang tanggal 14 Februari tiap tahunnya. Lagu-lagu dan film bertema kaih sayang juga dirilis menjelang Hari Valentine. Namun, dari sekian banyak karya yang bertema Valentine, ada satu lagu yang berhasil menjadi lagu tema “wajib” Hari Valentine. Lagu tersebut berjudul Valentine (sering juga disebut My Valentine) karya musisi Jim Brickman dan Jack Kugell serta dinyanyikan oleh vokalis country Martina McBride.

Terlahir sebagai James Merill Brickman pada 20 November 1961 di Cleveland, Amerika Serikat, ia mengawali kariernya dengan menulis jingle untuk iklan di tahun 1980. Pada tahun 1994 ia menandatangani kontrak dengan label rekaman Windham Hill dan merilis album perdananya No Words (1994). Lagu Valentine sendiri dirilis dalam album ketiganya, Picture This (1997) dan berhasil menduduki posisi ke-9 di Billboard Hot Country Songs dan posisi ke-3 di Billboard Adult Contemporary Chart. Dua singlenya berhasil menduduki posisi puncak di Billboard Adult Contemporary Chart: Simple Things (dinyanyikan oleh Rebecca Lynn Howard) dan Sending You a Little Christmas (dinyanyikan oleh Kristy Starling). Ia lebih dikenal karena karya-karyanya di awal kariernya seperti Valentine, Simple Things, By Heart (dinyanyikan oleh Laura Creamer), Destiny (dinyanyikan oleh Jordan Hill dan Billy Porter), The Gift (dinyanyikan oleh Colin Raye dan Susan Ashton), Love of My Life (dinyanyikan oleh Michael W. Smith), atau Never Alone (dinyanyikan oleh Lady Antebellum), namun sebenarnya Jim Brickman justru lebih produktif merilis album akhir-akhir ini. Jika dihitung-hitung ia sudah merilis lebih dari 100 album (termasuk kompilasi) selama 27 tahun kariernya. Artinya rata-rata Jim Brickman merilis empat album per tahun! Harus diingat bahwa pada 10 tahun pertama kariernya ia hanya merilis satu (kadang-kadang dua) album setahun.

Valentine
(Jim Brickman/Jack Kugell)

If there were no words
No way to speak
I would still hear you
If there were no tears
No way to feel inside
I’d still feel for you

And even if the sun refused to shine
Even if romance ran out of rhyme
You would still have my heart
Until the end of time
You’re all I need, my love, my Valentine

All of my life
I have been waiting for
All you give to me
You’ve opened my eyes
And shown me how to love unselfishly

I’ve dreamed of this a thousand times before
But in my dreams I couldn’t love you more
I will give you my heart
Until the end of time
You’re all I need, my love, my Valentine

And even if the sun refused to shine
Even if romance ran out of rhyme
You would still have my heart
Until the end of time
‘Cause all I need is you, my Valentine
You’re all I need, my love, my Valentine
© 1997 Windham Hill

Orkes Moral Pancaran Sinar Petromak(s)

Sebuah grup dangdut mahasiswa yang lahir di akhir dekade 70-an ini melejit berkat kolaborasinya dengan Warkop Prambors. Dibentuk di tengah pergolakan antara mahasiswa dan pemerintahan orde baru kala itu, mereka memulai debutnya di lomba orkes dangdut mahasiswa di kampus UI. Nama Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks (OM PSP) pun tercetus nyaris spontan menjelang mereka naik panggung. Orkes Moral adalah pelesetan dari Orkes Melayu (O.M.) yang saat itu menjadi atribut wajib grup yang memainkan musik dangdut. Nama Pancaran Sinar Petromaks juga merupakan pelesrtan dari nama-nama Orkes Melayu saat itu seperti Pancaran Cinta. Personel OM PSP ada delapan yaitu; Ade Anwar, Rizali Wilmar Indrakesuma, Monos, Norman “Omen” Sonisontani, Andra, Dindin, James R. Lapian, dan Adit. Pada HUT ke-16 TVRI, mereka tampil live bersama Warkop Prambors yang kemudian dikasetkan oleh DD Records. Dalam penampilan tersebut mereka membawakan tujuh lagu di antaranya Cubit-cubitan (Koes Plus), Siksa Kubur (Ida Laila), dan Milikmu (A Rafiq).

(Sumber: https://web.facebook.com/people/Orkes-Moral-Pancaran-Sinar-Petromaks/100052099099786/)

Seperti halnya Warkop Prambors, OM PSP kemudian melejit kariernya di dunia hiburan. Album perdana mereka berisi cover version dari lagu Kidung (Chris Manusama/Pahama), Dracula (Ellya Khadam) dan My Bonnie, namun juga melejitkan lagu-lagu karya sendiri seperti Fatimah dan Gaya Mahasiswa. Album kedua mereka berisi lagu-lagu seperti Bapak Kena Lotere, Bye Bye Love, Trio Kodok, dan Nostalgia Duta Merlin. Mereka juga tampil dalam beberapa film seperti: Manis Manis Sombong (1980), Orang Orang Sinting (1980), dan Rayuan Gombal (1981). Setelah para personelnya lulus kuliah, aktivitas OM PSP mulai mengendur meskipun mereka tidak pernah bubar. Pada tahun 2019 kisah mereka difilmkan dengan judul Gaya Mahasiswa.

Diskografi

  • PSP/Warung Kopi Prambors (Ini Baru Komplit!!) (1978)
  • OM PSP (1979)
  • Trio Kodok (1980)
  • Pancaran Sinar Petromaks (John Lennon) (1981)
  • Nonstop Music (1982)
  • Monggo Mas! (1987)
  • PSP Reuni (1995)
  • Album Baru PSP (Mengapa Tiada Maaf) (1996)

Meat Loaf (1947 – 2022)

Sembilan bulan sejak meninggalnya musisi Jim Steinman, dunia musik kehilangan vokalis yang identik dengan lagu-lagu karyanya, Michael (terlahir: Marvin) Lee Aday a.k.a. Meat Loaf meninggal dunia pada tanggal 21 Januari 2022. Mendapatkan julukan “Meat Loaf” dari pelatih football-nya semasa SMA, ia mengawali kariernya dalam band Meat Loaf Soul yang kemudian terus berganti-ganti nama (dan personel). Akhirnya, kariernya mulai menanjak setelah bergabung dalam produksi drama musikal Hair di Los Angeles. Ia kemudian membentuk duet bersama penyanyi Shaun Murphy dengan nama Stoney & Meat Loaf yang kemudian merilis album di tahun 1971. Sayangnya, album ini gagal di pasaran dan duet Stoney & Meat Loaf pun tidak bertahan lama. Ia bertemu Jim Steinman saat melakukan audisi untuk produksi drama musikal More Than You Deserve. Mereka mulai menggarap konsep album Bat Out of Hell, namun Meat Loaf kemudian disibukkan oleh kariernya sebagai aktor dalam The Rocky Horror Picture Show dan National Lampoon: Lemmings.

Meat Loaf akhirnya memutuskan untuk lebih berkonsentrasi pada karier musiknya di tahun 1974. Pada awalnya Bat Out of Hell ditolak oleh semua label, hingga mereka bertemu musisi Todd Rundgren yang setuju untuk memproduksi album tersebut. Akhirnya, Bat Out of Hell pun dirilis tahun 1977, itupun tidak langsung meledak di pasaran. Barulah setelah penampilan di beberapa acara televisi dan melakukan pertunjukan live, album ini mulai terjual. Tidak tanggung-tanggung, diperkirakan sampai saat ini telah terjual 43 juta kopi di seluruh dunia. Sayangnya, sukses ini tidak bertahan lama, masalah dengan vokalnya yang menghilang membuat rencana album keduanya yang akan diberi judul Bad for Good pun gagal. Jim Steinman akhirnya mengisi vokalnya sendiri untuk album tersebut. Steinman kembali menulis lagu untuk album berikutnya dari Meat Loaf yang berjudul Dead Ringer (1981), namun konflik dengan pihak label dan juga dengan Meat Loaf membuat kerja sama keduanya berakhir. Popularitas Meat Loaf pun menurun tajam. Album-album berikutnya seperti Midnight at the Lost and Found (1983), Bad Attitude (1984), dan Blind Before I Stop (1986) gagal mengulang sukses kedua album pertamanya meskipun ia mencoba berkolaborasi dengan musisi/produser seperti John Parr dan Frank Farian. Di akhir dekade 80-an, ia hanya mampu tampil di pertunjukan kecil-kecilan sebelum kembali bekerja sama dengan Jim Steinman untuk menggarap album Bat Out of Hell II: Back into Hell (1993). Album ini sukses besar dan mengembalikan statusnya sebagai superstar. Singel I’d Do Anything for Love (But I Won’t Do That) menjadi hit terbesarnya, menduduki posisi pertama di 28 negara termasuk Amerika Serikat dan Inggris dan terjual lebih dari dua juta kopi di seluruh dunia. Lagu ini juga mengantarkannya meraih penghargaan Grammy sebagai penampilan rock solo vokal terbaik.

Meat Loaf masih merilis album hingga yang terakhir di tahun 2016 (Braver Than We Are) yang seluruh lagunya ditulis oleh Jim Steinman, seperti halnya album perdananya (Bat Out of Hell). Album ini menjadi album studio terakhirnya, sekaligus penutup kariernya yang panjang selama lebih dari 50 tahun. Selain sebagai penyanyi, ia juga masih berakting, salah satunya dalam film Fight Club (1999) sebagai Robert Paulson. Selamat Jalan Meat Loaf!

Diskografi:

  • Stoney & Meatloaf (1971)
  • Bat Out of Hell (1977)
  • Dead Ringer (1981)
  • Midnight at the Lost and Found (1983)
  • Bad Attitude (1984)
  • Blind Before I Stop (1986)
  • Bat Out of Hell II: Back Into Hell (1993)
  • Welcome to the Neighborhood (1995)
  • Couldn’t Have Said It Better (2003)
  • Bat Out of Hell III: The Monster Is Loose (2006)
  • Hang Cool Teddy Bear (2010)
  • Hell in a Handbasket (2011)
  • Braver Than We Are (2016)

Dschinghis Khan (Huh…Hah!)

Sebuah kepingan dari masa lalu, atau masa kecil di akhir dekade 70-an dan awal 80-an. Saat musik yang didengarkan tidak melulu karya musisi lokal, namun juga mancanegara. Menariknya, sebagian besar yang terekam di ingatan ternyata adalah artis-artis Eropa, terutama ABBA dan Boney M. Bagi seorang anak kecil, semua artis mancanegara itu sama, atau istilah orang “bule” atau dalam Bahasa Jawa, “londho”. Perbedaannya tentu pada lirik lagu yang berbahasa Inggris (meskipun beberapa musisi Indonesia pernah merilis lagu berlirik Bahasa Inggris). Baru kemudian kita tahu bahwa grup ABBA berasal dari Swedia, sedangkan Boney M beranggotakan artis-artis dari Karibia (Jamaika, Montserrat dan Aruba) dan dibentuk oleh produser asal Jerman (Frank Farian), serta tak satupun anggotanya (ataupun produsernya) bernama Boney!.

Namun, ada satu lagu yang selama ini masih memancing rasa penasaran, satu lagu berirama disko berbahasa bukan Inggris yang satu-satunya potongan lirik yang teringat adalah kurang lebih seperti ini: “…Hey hey Jenghis Khan…” dan vokal latarnya hanyalah teriakan Huh, hah, huh, hah. Untunglah di era masa kini tidak sulit melacak lagu-lagu lama, cukup mengandalkan Google, Wikipedia plus YouTube. Dan ternyata ingatan sepotong-potong itu tidak jauh meleset dari kenyataan. Alhasil, muncullah judul lagu yang dicari: Dschinghis Khan oleh grup dengan nama yang sama. Setelah menyimak lebih lanjut, ternyata grup ini mempunyai latar belakang yang bak persilangan antara ABBA dan Boney M. Seperti Boney M, Dschinghis Khan dibentuk oleh produser asal Jerman Ralph Siegel. Seperti ABBA, grup ini mengawali kariernya dari kontes musik Eurovision. Di tahun 1979, Ralph Siegel menulis lagu berjudul Dschinghis Khan (ejaan Jerman untuk Jenghis Khan) untuk mengikuti kontes Eurovision mewakili Jerman dengan lirik yang ditulis oleh Bernd Meuninger. Untuk membawakannya, ia membentuk grup yang beranggotakan enam orang yang bukan hanya berasal dari Jerman: Steve Bender dan Wolfgang Heichel keduanya memang asli Jerman, namun istri Heichel, Henriette Strobel berasal dari Belanda. Berikutnya ada dua artis asal Hungaria: Edina Pop dan Leslie Mándoki, dan Louis Hendrik Potgier, seorang penari asal Afrika Selatan.

Lagu (dan grup) Dschinghis Khan kemudian terpilih untuk mewakili Jerman pada kontes Eurovision 1979 yang diselenggarakan di Israel. Meskipun mendapat sambutan meriah dari penonton saat tampil, perwakilan Jerman akhirnya hanya menduduki posisi keempat. Namun demikian, itu cukup untuk mengantar mereka masuk dapur rekaman untuk merilis album pertama mereka Dschinghis Khan (1979). Singel pertama mereka, Dschinghis Khan, menduduki posisi pertama di Jerman. Singel kedua mereka, Moskau, juga sukses menduduki posisi ketiga di Jerman. Menyusul sukses di daratan Eropa, grup ini mulai mencoba menembus pasar internasional dengan merilis ulang lagu-lagu mereka dalam Bahasa Inggris. Versi Bahasa Inggris dari Moskau yang berjudul Moscow mencetak sukses di Australia setelah dijadikan lagu tema liputan Olimpiade Moskow 1980 di stasiun televisi Channel 7. Moscow menduduki posisi pertama selama enam pekan di tangga lagu Australia. Mereka merilis tiga album susulan: Rom (1980), Wir sitzen alle im selben Boot (1981), Helden, Schurken & der Dudelmoser (1982), dan Corrida (1983) sebelum membubarkan diri. Di tahun 1986 tiga anggota mereka, Henriette Heichel, Leslie Mándoki, dan Louis Potgier kembali menyanyikan lagu Wir gehör’n zusammen untuk kontes Eurovision atas nama Dschinghis Khan Family. Mereka hanya menduduki posisi kedua pada tahap kualifikasi untuk Jerman.

Louis Potgier meninggal dunia pada tahun 1994. Leslie Mándoki bersolo karier dan tidak pernah terlibat lagi dalam Dschinghis Khan. Pada tahun 2005, empat personel Dschinghis Khan: Wolfgang Heichel, Henriette Strobel, Edina Pop, dan Steve Bender bereuni dengan melakukan konser di stadion Olimpiade Moskow. Stefan Track menjadi personel kelima Dschinghis Khan dalam konser tersebut menggantikan Louis Potgier. Steve Bender meninggal dunia pada tahun 2006. Di tahun 2007, Dschinghis Khan merilis album 7 Leben, 24 tahun sejak album studio terakhir mereka. Setelah itu, Dschinghis Khan kembali vakum hingga tahun 2018 saat lagu Moskau direkam ulang untuk pergelaran Piala Dunia sepak bola di Moskow. Sejak itu, ada dua versi Dschinghis Khan, yang pertama menampilkan Henriette Strobel dan Edina Pop, yang kedua dengan Wolfgang Heichel dan Stefan Track (yang juga mempunyai projek spin-off dari Dschinghis Khan bernama Rocking Son). Hal ini, ironisnya, juga menimpa Boney M, yang masing-masing personelnya memiliki versi grup Boney M-nya masing-masing. Pada tahun 2021 Dschinghis Khan versi Wolfgang Heichel merilis album baru yang berjudul Here We Go. Sebagai penutup, selamat mendengarkan dua versi lagu Dschinghis Khan dalam Bahasa Indonesia!