Frank Farian (1941 – 2024)

Mungkin nama Frank Farian hari ini sudah tidak lagi dikenal secara luas dibandingkan pada dekade 70-an hingga 90-an. Namun, rekam jejaknya tidak diragukan lagi sebagai salah satu produser rekaman musik terbesar yang pernah ada. Terlahir sebagai Franz Reuther di Jerman pada tahun 1941, ia bekerja sebagai juru masak sebelum terjun ke dunia musik. Mula-mula ia membentuk band bernama Frankie Boys Schatten dan mulai menggunakan nama panggung “Frankie Farian” untuk merilis singel solo pertamanya di tahun 1967. Karier solonya sendiri lumayan sukses, dengan mencetak hit berjudul Rocky (versi bahasa Jerman dari lagu Dickey Lee berjudul sama) di posisi pertama tangga lagu Jerman pada tahun 1976.

Namun kesuksesan di Jerman saja tidaklah cukup bagi Frank, yang punya ambisi untuk mendunia. Di sisi lain, ia juga menyadari bahwa secara penampilan di atas panggung dirinya kurang “menjual”. Hingga suatu hari, ia iseng-iseng merekam Baby Do You Wanna Bump (remake dari lagu Al Capone yang dibawakan Prince Buster) dengan menggunakan suara asli dan falsettonya sebagai vokal utama dan latar yang terdengar seperti dua vokalis yang berbeda, pria dan wanita. Ia merilisnya sebagai singel atas nama Boney M. (yang diambil dari serial detektif Australia). Di luar dugaannya, singel ini menjadi hit di Belanda dan Belgia, dan menarik perhatian stasiun televisi yang ingin menampilkan “Boney M.” dalam acaranya. Frank pun segera mengumpulkan empat “performer” untuk tampil membawakan lagu ini di televisi. Tentu saja, kriteria utamanya adalah penampilan fisik dan aksi panggung, bukan kemampuan vokal. Sebagai frontman terpilihlah Bobby Farrell, seorang penari asal Aruba, dan sebagai “vokalis latar” adalah Maizie Williams (seorang model asal Montserrat) dan dua mantan anggota grup vokal Les Humphries Singers Marcia Barrett dan Liz Mitchell asal Jamaika. Akhirnya, saat merekam singel dan album-albumnya hanya vokal dari Marcia dan Liz yang digunakan, dengan Frank mengisi vokal pria, meskipun saat tampil live keempatnya benar-benar menyanyi. Boney M. mencapai sukses di Eropa dan hampir di seluruh dunia, singel Rivers of Babylon/Brown Girl in the Ring menjadi singel terlaris di Inggris pada tahun 1978 dan menduduki posisi pertama selama lima pekan.

Setelah Boney M. bubar di tahun 1985, ia membentuk proyek Frank Farian Corporation sebagai usaha menghimpun dana untuk mengatasi kelaparan di Ethiopia a la Band Aid dan USA for Africa, dengan merilis singel Mother and Child Reunion (cover version dari lagu Paul Simon). Setelah itu, ia membentuk supergrup Far Corporation yang beranggotakan di antaranya personal band Toto (Steve Lukather, Bobby Kimball, David Paich), drummer Simon Phillips (yang kenudian bergabung dengan Toto menggantikan Jeff Porcaro) dan vokalis Robin McAuley. Singel pertama mereka, cover version lagu Led Zeppelin, Stairway to Heaven berhasil menembus top 10 di Inggris. Far Corporation hanya merilis dua album. Frank juga memproduksi album Meat Loaf Blind Before I Stop (1986).

Di tahun 1988, Frank mendengar lagu Girl You Know It’s True yang dibawakan oleh grup asal Amerika Serikat Numarx. Frank tertarik untuk merekam ulang lagu itu dengan memasukkan unsur eurodisco, namun tetap menggunakan vokalis asal Amerika Serikat. Frank kemudian menggunakan Brad Howell dan Charles Shaw sebagai vokalis utama serta saudara kembar Linda dan Jodie Rocco sebagai vokalis latar. Namun, untuk mempromosikan singel itu Frank kembali kepada konsep yang diterapkannya untuk Boney M. dan merasa keempatnya kurang “menjual” di atas panggung dan layar televisi. Ia kemudian mencari sosok yang tepat sebagai “performer” dan akhirnya bertemu duo Rob Pilatus dan Fab Morvan, dan sisanya adalah sejarah. Milli Vanilli bahkan lebih sukses daripada Boney M., mencetak tiga hit nomor satu dan dua hit top 5 di Amerika Serikat dan memenangkan Grammy untuk artis pendatang baru terbaik. Tentu saja, tidak menunggu waktu lama untuk skandal ini terbongkar. Usaha Frank untuk menyelamatkan materi yang sudah telanjur direkam dengan mengubah formasi dan melakukan branding ulang sebagai The Real Milli Vanilli (dengan menambahkan dua personel baru) dan Try ‘n’ B bisa dibilang gagal.

Setelah Milli Vanilli, Frank juga memproduksi artis lain seperti La Bouche (dikenal lewat hit Sweet Dreams dan Be My Lover) dan boyband latin No Mercy (dikenal lewat hit Where Do You Go). Sebelumnya ia juga memproduksi album grup disko Eruption di akhir dekade 70-an. Eruption dikenal lewat hit One Way Ticket (cover version lagu Neil Sedaka) dan I Can’t Stand the Rain (cover version lagu Ann Peebles). Pada tahun 2006 karya musikal Daddy Cool menggunakan lagu-lagu dari artis yang pernah diproduseri oleh Frank Farian seperti Boney M., Milli Vanilli, Eruption, dan La Bouche. Frank meninggal dunia di Miami pada tanggal 23 Januari 2024 pada usia 82 tahun.

Lawnosta Playlist 7: First Take

Angel of the Morning (1967, Evie Sands)
Everlasting Love (1967, Robert Knight)
Unchained Melody (1955, Todd Duncan)
You Are My Sunshine (1939, Pine Ridge Boys)
I Am a Man of Constant Sorrow (1928, Emry Arthur)
Mbube (origin of The Lion Sleeps Tonight, 1939, Solomon Linda and the Evening Birds)
Without You (1970, Badfinger)
La Bamba (1938, El Jarocho)
Rivers of Babylon (1970, The Melodians)
Groovey Kind of Love (1965, Dianne & Annita)

Bye Bye, Sugarman!

Tulisan ini dipersiapkan sejak subyeknya masih hidup, sayangnya pada tanggal 8 Agustus 2023, Sixto Diaz Rodriguez meninggal dunia pada usia 81 tahun. Nama Rodriguez mungkin terdengar asing di telinga pecinta musik di Indonesia, faktanya ia juga tidak banyak dikenal di tanah airnya, Amerika Serikat sebelum tahun 2012. Mengawali karier musiknay di akhir dekade 60-an, Rodriguez membawakan musik berbasis gitar akustik dengan lirik yang menceritakan kehidupan sehari-hari kaum marginal. Pada tahun 1967, ia merilis singel pertamanya, I’ll Slip Away menggunakan nama “Rod Riguez”. Pada tahun 1970 album perdananya, Cold Fact, dirilis kemudian disusul album keduanya, Coming from Reality di tahun 1972. Tak satupun rilis singel maupun albumnya mencapai sukses, secara komersial, dan album ketiganya pun urung dirilis dan label rekamannya memutus kontraknya. Rodriguez pun memutuskan pulang kampung ke Detroit untuk berkeluarga dan bekerja serabutan untuk menyambung hidup.

Di luar dugaan, rekaman albumnya yang tidak diminati di Amerika Serikat ternyata menemukan audiens di sisi lain dunia, yaitu Australia. Di sana, dua albumnya sangat populer, sampai-sampai label yang mengedarkannya, Blue Goose, merilis album kompilasi, At His Best, yang selain berisi lagu-lagu dari kedua albumnya juga memasukkan tiga lagu yang rencananya akan dirilis dalam album ketiganya. Rodriguez kemudian mengadakan dua konser di Australia pada tahun 1979 dan 1981. Dari Australia, albumnya menembus Afrika Selatan yang saat itu masih dikuasai rezim apartheid. Rodriguez pun menjadi superstar di tengah isolasi dari dunia internasional kepada Afrika Selatan saat itu. Ditambah dengan urban legend tentang dirinya yang membakar dirinya di atas panggung saat konser membuat sosoknya menjadi legenda hidup di sana.

Tentu saja rumor tersebut tidak benar dan ia masih menjalani kehidupan sederhananya di Detroit bersama ketiga putrinya. Para penggemarnya di Afrika Selatan membuat situs web dalam usaha untuk menemukan keberadaannya, yang akhirnya menarik perhatian putri tertua Rodriguez, Eva di tahun 1997. Tahun berikutnya, ia mengadakan enam konser di Afrika Selatan yang dihadiri ribuan penonton. Pada tahun 2012 kisah ini diangkat dalam film dokumenter Searching for Sugar Man yang disutradarai Malik Bendjelloul. Film ini memenangkan penghargaan Oscar untuk film dokumenter terbaik. Berkat film ini pulalah nama Rodriguez akhirnya mulai dikenal di Amerika Serikat. Kedua albumnya, ditambah album soundtrack film Searching for Sugar Man masuk Billboard 200. Ia pun mulai tampil secara live di Amerika Serikat dan mendapatkan hak royaltinya atas penjualan album-albumnya secara internasional.

Sinéad O’Connor, Nothing Really Compares

Bagi kebanyakan orang, Sinéad O’Connor identik dengan lagu Nothing Compares 2 U (ditulis oleh Prince), yang menjadi signature song-nya. Namun sebenarnya, Sinéad O’Connor lebih dari seorang penyanyi atau musisi. Ia adalah sosok perempuan yang berani bersikap menyuarakan keadilan dan persamaan hak serta perlawanan terhadap penindasan. Hal ini membuatnya tidak disukai di banyak kalangan, baik itu bisnis musik, media, kalangan pemuka agama, dan juga penguasa. Bahkan, sesama artis dan khalayak umum juga umumnya terbelah dalam menanggapi prinsip dan tindakan yang dilakukannya dalam mempertahankan prinsip tersebut. Sinéad Marie Bernadette O’Connor dilahirkan pada tanggal 8 Desember 1966 di Irlandia. Kedua orang tuanya bercerai saat ia masih kecil. Saat tinggal bersama sang ibu, Sinéad mengalami perlakuan yang kurang layak, bahkan ia pernah dipaksa tinggal di kebun belakang rumahnya selama seminggu. Sinéad pun akhirnya kabur untuk tinggal bersama ayahnya. Sang Ibu akhirnya meninggal dunia di tahun 1987 akibat kecelakaan lalu lintas.

Karier musiknya dimulai saat ia merekam lagu berjudul Take My Hand bersama band In Tua Nua di tahun 1981. Tiga tahun kemudian ia membentuk band Ton Ton Macoute bersama Colm Farelly. Penampilannya bersama Ton Ton Macoute menarik perhatian industri musik dan membuatnya dikontrak oleh Ensign Records. Sinéad kemudian mengisi vokal untuk lagu Heroine yang ditulisnya bersama gitaris band U2, The Edge, untuk soundtrack film Captive (1986). Album perdananya, The Lion and the Cobra (1987), memperlihatkan sifat pemberontaknya, dengan pose pada cover album lengkap dengan rambutnya yang dipangkas habis yang kemudian menjadi ciri khasnya. Sinéad menolak stereotipe penyanyi wanita yang harus tampil feminin, cantik dan seksi agar lebih ‘menjual’. Nyatanya, album perdananya tersebut sukses, meraih sertifikasi Gold dan dinominasikan dalam penghargaan Grammy untuk penampilan vokal rock wanita terbaik.

Album keduanya, I Do Not Want What I Haven’t Got (1990) menjadi album tersuksesnya, tersertifikasi dobel platinum, menduduki posisi pertama di sejumlah negara termasuk Inggris dan Amerika Serikat. Album ini berisi hit terbesarnya, Nothing Compares 2 U, yang awalnya ditulis oleh Prince untuk band The Family, menduduki posisi pertama di hampir seluruh dunia, tersertifikasi platinum di Amerika Serikat dan video klipnya memenangkan penghargaan MTV Video of the Year. Sinéad sendiri memenangkan penghargaan Grammy untuk penampilan musik alternatif terbaik dan dinominasikan untuk rekaman terbaik, penampilan pop wanita terbaik dan video musik terbaik.

Bagi Sinéad O’Connor, bermusik bukanlah mengejar popularitas dan uang namun untuk mengekspresikan diri. Kesuksesan album kedua dan single Nothing Compares 2 U membuatnya menjadi superstar, namun ia tetap tidak mau berkompromi dengan industri musik pada umumnya, dan terus memperjuangkan apa yang dirasanya benar. Tak heran, kontroversi demi kontroversi pun muncul, mulai dari penolakannya atas lagu kebangsaan Amerika Serikat untuk diperdengarkan sebelum konser sampai merobek-robek potret Paus Johanes Paulus II di tengah penampilannya pada acara Saturday Night Live. Bukan hanya hal-hal tersebut membuat karya-karyanya kemudian “diabaikan”, namun juga membuat ia menderita sakit secara mental akibat banyaknya hujatan yang diterima. Pada tahun 2022 tragedi menimpanya saat putra ketiganya meninggal dunia akibat bunuh diri. Dia sempat mengganti nama dua kali, pada tahun 2017 menjadi Magda Davitt, dan setelah memeluk agama Islam pad atahun 2018 menjadi Shuhada Shadaqat, meski masih memakai nama aslinya sebagai nama panggung. Sinéad O’Connor meninggal dunia di London pada tanggal 26 Juli 2023.

“Last Man (or Men) Standing”

Perjalanan karier sebuah grup band tidak selamanya mulus, apalagi jika para personelnya mempunyai ego tinggi, alias bakat yang besar. Pergantian personel, atau bubarnya sebuah grup band seringkali terjadi akibat benturan antarego sekaligus perbedaan visi di antara para personel. Akibatnya, jarang satu grup band bertahan dengan personel yang sama hingga kini, seperti U2 atau sampai membubarkan diri, seperti a-ha. Bagi sebuah grup band yang bertahan di atas 20 tahun dan telah mengalami pergantian personel, keberadaan satu atau lebih personel “pendiri” yang mengawali perjalanan karier grup band menjadi spesial, baik itu sebagai leader, identitas, maupun sekadar penanda bahwa grup band itu masih tetap sama dan akan terus ada di masa depan. Saat pemain bass grup Yes, Chris Squire, meninggal baru-baru ini, rasa kehilangan bagi fans Yes sangat besar karena Squire adalah satu-satunya personel awal Yes yang masih bertahan saat itu. Begitupun bagi grup Eagles dan ELP yang kehilangan personelnya baru-baru ini, Glenn Frey dan Keith Emerson.

Alphaville (sumber: soundandrecording.de)

Beberapa grup band bahkan bisa bertahan dengan hanya satu personel awal, biasanya sang frontman, yang berposisi sebagai vokalis atau penulis lagu utama. Setelah sekian lama, bahkan satu band berubah menjadi “one-man-band” yang identik dengan sang frontman, dengan formasi musisi yang berganti-ganti. Sebagai contoh adalah Simply Red dan Alphaville. Simply Red berawal di tahun 1985 saat vokalis Mick Hucknall dan produser Elliot Rashman membentuk band baru setelah bubarnya band The Frantic Elevators. Formasi awal Simply Red terdiri atas: Mick Hucknall (vokal), David Fryman (gitar), Tony Bowers (bass), Fritz McIntyre (kibor), Tim Kellet (alat tiup), dan Chris Joyce (drum). Perubahan personel terus terjadi hingga pada tahun 1996 Mick Hucknall mejadi satu-satunya personel “asli” yang tersisa setelah Fritz McIntyre keluar dari Simply Red. Ditambah lagi cover album Simply Red yang hanya menampilkan sosok Mick Hucknall mengesankan Simply Red sebagai “one man band”.

Simply Red (sumber: IMDB)

Sementara Alphaville terbentuk di tahun 1983 sebagai trio Marian Gold (vokal), Bernhard Lloyd (Rythm) dan Frank Mertens (Melodies). Mertens kemudian digantikan oleh Ricky Echollette mulai album kedua hingga keempat (tahun 1997). Bernhard Lloyd meninggalkan Alphaville tahun 2003 dan sejak itu formasi Alphaville terus berganti dengan Marian Gold tetap sebagai frontman dan penulis lagu utama. Contoh lain adalah band classic rock asal Belanda, Kayak. Formasi mereka rutin mengalami pergantian, dengan beberapa personel keluar dan masuk kembali hingga tahun 2014 ketika kedua vokalis mereka keluar. Band ini pun vakum selama dua tahun sebelum kembali merilis album di tahun 2017 dengan formasi yang betul-betul baru dengan musisi muda yang dipimpin sang frontman, Ton Scherpenzeel, pemain kibor dan penulis lagu utamanya.

Kayak (sumber: sonicperspectives.com)

Sementara dua contoh terakhir adalah dua band populer yang dikenal sebagai saudara kandung dan duo, meskipun didirikan sebagai band dengan banyak personel. Yang pertama adalah Bee Gees. Kita semua mengenal nama Bee Gees berasal dari singkatan ‘BG’s’ yang kepanjangannya adalah Brother Gibb’s alias Gibb bersaudara dengan personelnya adalah trio Barry, Maurice, dan Robin Gibb. Namun sebenarnya nama BGs diambil dari inisial promotor pertama mereka, Bill Goode dan juga, Barry Gibb sendiri. Saat terbentuk pertama kali di Australia, Bee Gees memang hanya bertiga, namun setelah mereka hijrah ke Inggris untuk memulai debut internasionalnya, formasi Bee Gees menjadi lima orang dengan tambahan dua musisi: Vincent Melouney (gitar) dan Colin Petersen (drum). Formasi ini bertahan hingga tahun 1969 saat Robin Gibb keluar untuk bersolo karier. Vince Melouney menyusul keluar di tengah-tengah pengerjaan album Cucumber Castle. Colin Petersen dikeluarkan menjelang album tersebut selesai. Tak lama setelah perilisan album Cucumber Castle, Bee Gees vakum. Untungnya, tak lama kemudian Robin kembali bergabung dan formasi Bee Gees secara resmi kembali bertiga hingga Maurice meninggal dunia di tahun 2003.

Bee Gees (sumber: wikipedia)

Sementara itu, AIr Supply justru didirikan di tahun 1975 sebagai grup vokal yang terdiri atas Russell Hitchcock, Graham Russell, dan Chrissie Hammond. Hammond meninggalkan Air Supply untuk membentuk band Cheetah di tahun 1976 dan digantikan oleh Jeremy Paul (bass, vokal). Sebagai trio, Air Supply merilis singel pertama mereka, Love and Other Bruises yang sukses mencapai posisi ke-6 di tangga lagu. Album pertama mereka, Air Supply, menyusul tak lama kemudian, di cover albumnya terlihat enam orang yang terdiri atas trio Hitchcock, Russell, Paul ditambah gitaris Mark McEntee, drumer Jeff Browne dan pemain kibor Adrian Scott. Debut album internasional mereka, Lost in Love (1980) juga menampilkan mereka sebagai band beranggotakan enam personel. Namun, selain Hitchcock dan Russell, personel/musisi pendukung Air Supply terus berganti, cover album mereka pun sering menampilkan Air Supply sebagai duo.

Air Supply (sumber: liveabout.com)

RIP Tina Turner (1939-2023)

Well, terlalu lama tidak menulis di blog ini membuat Penulis terlewatkan sejumlah berita duka, salah satunya adalah Bobby Caldwell yang meninggal dunia di bulan Maret 2023. Belum menyempatkan diri menulis artikel tentang Bobby, kabar duka berikutnya sudah menyusul. Kali ini penyanyi Tina Turner yang meninggal dunia di akhir bulan Mei 2023 pada usia 83 tahun! Terlahir dengan nama Anna Mae Bullock pada tanggal 26 November 1939, namanya mulai melejit saat tergabung dengan musisi Ike Turner, yang kemudian memberinya nama Tina dan menikahinya di tahun 1963. Mereka kemudian dikenal sebagai Ike & Tina Turner yang kemudian dikenal dengan hit seperti A Fool in Love, It’s Gonna Work Out Fine, dan River Deep – Mountain High, yang menjadi signature song mereka. Namun hubungan mereka memburuk, diwarnai KDRT, dan akhirnya Tina memutuskan untuk berpisah dari Ike di tahun 1976.

Tina kemudian bersolo karier, yang sebenarnya sudah dimulai saat masih bersama Ike Turner, saat ia merilis album Tina Turns the Country On (1974) dan Acid Queen (1975). Mulanya, kariernya sebagai penyanyi solo tidak sesukses saat masih berduet dengan Ike Turner. Namun akhirnya di tahun 1982 setelah menandatangani kontrak baru dengan EMI, Tina merillis single Let’s Stay Together yang menembus Top 10 di Inggris dan Top 30 di Amerika Serikat. Album berikutnya, Private Dancer (1984), membawa Tina ke puncak kesuksesan sepanjang kariernya. Single What’s Love Got to Do with It yang ditulis oleh Graham Lyle dan Terry Britten menduduki posisi pertama di Billboard Hot 100 dan memenangkan Grammy Award untuk rekaman tebaik dan lagu terbaik. Sebuah pencapaian yang langka pada saat itu untuk seorang penyanyi wanita berusia 40-an.

Tina kemudian membintangi film sequel Mad Max: Beyond Thunderdome dan menyanyikan lagu temanya yang berjudul We Don’t Need Another Hero yang mencapai posisi ke-2 di Amerika dan ke-3 di Inggris. Selanjutnya, Tina merilis album Break Every Rule (1986) dengan hit Typical Male dan Foreign Affair (1989) dengan hit (Simply) The Best. Pada tahun 1993 kisah hidupnya difilmkan dengan judul What’s Love Got to Do with It. Dua bintang utamanya, Laurence Fishburne dan Angela Bassett yang memerankan Ike dan Tina dinominasikan sebagai aktor dan aktris terbaik dalam ajang penghargaan Oscar. Tina menyanyikan lagu I Don’t Wanna Fight untuk album soundtrack film tersebut. Pada tahun 2013 Tina menilah lagi dengan Erwin Bach, seorang eksekutif di bidang musik.

Burt Bacharach (1928 – 2023)

Bukan nama yang terlalu familiar di telinga penikmat musik, terutama generasi ‘milenial’. Namun di masanya, terutama dekade 60-an, lagu demi lagu hit terlahir dari tangannya bersama Hal David. Sederet artis penyanyi menjadi terkenal karena menyanyikan lagu-lagunya, terutama Dionne Warwick yang semula hanya direkrut untuk menyanyikan versi demo dari lagu-lagu Bacharach dan David. Sayangnya, kerja sama Bacharach dan David berakhir secara dramatis di tahun 1973, dilanjutkan dengan kasus hukum di antara mereka dan juga Dionne Warwick. Di era 70-an lagu-lagu Bacharach (dan David) mulai kehilangan ‘tajinya’ dan tidak lagi menjadi hit. Namun, memasuki era 80-an lagu-lagu ciptaan Bacharach mulai kembali menjadi hit dimulai dengan lagu tema film Arthur (1981) yang ditulis bersama Christopher Cross, Carole Bayer-Sager (istri ketiganya), dan Peter Allen. Pada tahun 1986 Bacharach bereuni dengan Dionne Warwick untuk lagu That’s What Friends Are for yang direkam bersama Stevie Wonder, Elton John, dan Gladys Knight untuk mengumpulkan dana bagi penderita AIDS. Lagu ini kemudian meraih penghargaan Grammy untuk lagu terbaik. Berikut ini sederet lagu hit karya Burt Bacharach, mungkin salah satunya adalah favorit Anda:

Christine McVie (1943 – 2022), Bye Bye Songbird!

Terlahir dengan nama Christine Perfect pada 12 Juli 1943, namanya mulai dikenal saat tergabubg di grup blues Chicken Shack bersama Stan Webb, Andy Silvester, dan Alan Morley. Mereka mencetak hit dengan lagu I’d Rather Go Blind yang dipopulerkan oleh Etta James yang menduduki posisi 14 di tangga lagu Inggris. Christine kemudian bertemu dengan bassis band Fleetwood Mac, John McVie. Keduanya menikah pada tahun 1969 dan Christine pun meninggalkan Chicken Shack untuk bergabung dengan Fleetwood Mac.

Saat ia bergabung dengan Fleetwood Mac, band ini tengah mengalami masa transisi pasca hengkangnya pendiri, gitaris utama dan frontman Peter Green. Akhirnya Christine, John, dan Drummer Mick Fleetwood memilih hijrah ke Amerika Serikat dan kemudian merekrut duo musisi/vokalis/komposer Lindsey Buckingham dan Stevie Nicks yang baru saja merilis album duet Buckingham-Nicks. Ternyata, formasi baru Fleetwood Mac ini mencetak sukses besar, dimulai dari album Fleetwood Mac (1975) yang melahirkan hit seperti Rhiannon, Landslide dan dua hit yang ditulis Christine, Over My Head dan Say You Love Me. Yang terjadi kemudian adalah chaos, saat Christine bercerai dengan John, meskipun ia masih dikenal dengan nama Christine McVie sampai akhir hayatnya. Hubungan asmara Lindsey Buckingham dan Stevie Nicks juga berakhir dan mengubah dinamika band. Album selanjutnya, Rumours (1977) mencerminkan dinamika tersebut, menjadi album signature mereka, terjual lebih dari 20 juta kopi dan memenangkan penghargaan Grammy Award untuk album terbaik. Christine menulis sejumlah lagu dalam album ini seperti You Make Loving Fun, Don’t Stop dan Songbird.

Christine juga menulis sejumlah hit lain untuk Fleetwood Mac seperti Hold Me, Little Lies, dan Everywhere. Ia juga merilis sejumlah album solo dan sempat mencetak hit Top 10 Got a Hold on Me. Ia meninggalkan Fleetwood Mac di tahun 1998 setelah merilis album live The Dance. Ia bergabung kembali di tahun 2015 dan merilis album duet bersama Lindsey Buckingham di tahun 2017. Christine McVie meninggal dunia pada 30 November 2022 karena sakit. Rest in Peace, songbird!